Apa Itu Ngunduh Mantu? Makna, Prosesi, dan Persiapannya

Pernikahan dalam budaya Jawa tidak hanya sekadar menyatukan dua insan, tetapi juga menjadi momen sakral yang melibatkan keluarga besar dan tradisi kaya makna. Salah satu tradisi yang kerap membingungkan bagi sebagian orang adalah ngunduh mantu.

Banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya ngunduh mantu itu? Mengapa tradisi ini begitu penting dalam pernikahan Jawa? Kurangnya pemahaman tentang tradisi ini sering membuat masyarakat, terutama generasi muda, merasa asing dengan warisan budaya leluhur mereka sendiri.

Namun, jangan khawatir! Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap apa itu ngunduh mantu, makna di baliknya, hingga prosesi yang biasanya dilakukan. Dengan memahami tradisi ini, Anda tidak hanya akan lebih mengenal budaya Jawa, tetapi juga bisa mengapresiasi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Apa Itu Ngunduh Mantu?

Ngunduh mantu adalah tradisi dalam budaya Jawa yang dilakukan oleh keluarga mempelai pria untuk menyambut mempelai wanita sebagai anggota baru keluarga setelah pernikahan. Secara harfiah, “ngunduh” berarti memetik atau mengambil, sedangkan “mantu” merujuk pada menantu. Tradisi ini biasanya digelar beberapa hari atau minggu setelah akad nikah, sebagai bentuk penghormatan dan penerimaan resmi terhadap menantu baru.

Tradisi ini bukan sekadar seremoni biasa, melainkan simbolisasi ikatan keluarga yang lebih erat. Dalam ngunduh mantu, keluarga mempelai pria menunjukkan tanggung jawab mereka untuk merangkul menantu sebagai bagian dari keluarga besar.

Selain itu, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antar dua keluarga, memperkuat harmoni dan kebersamaan. Tradisi ini sering diwarnai dengan prosesi adat, jamuan makan, dan doa bersama, mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang khas dalam budaya Jawa.

Makna di Balik Prosesi Ngunduh Mantu

Setiap tradisi Jawa selalu sarat dengan makna filosofis, begitu pula dengan ngunduh mantu. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai luhur seperti penghormatan, tanggung jawab, dan kebersamaan.

Dengan menggelar ngunduh mantu, keluarga mempelai pria menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menerima menantu, tetapi juga siap menjalin hubungan harmonis dengan keluarga mempelai wanita. Ini adalah wujud dari falsafah Jawa “tepa selira” atau saling menghormati dan memahami.

Lebih dari itu, ngunduh mantu juga memiliki makna spiritual. Prosesi ini sering diisi dengan doa-doa agar kehidupan rumah tangga pasangan baru selalu diberkahi, harmonis, dan penuh kebahagiaan.

Dalam beberapa kasus, tradisi ini juga menjadi momen untuk mengenalkan menantu kepada leluhur keluarga melalui ritual sembahyang atau ziarah ke makam. Dengan demikian, ngunduh mantu tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga dua keluarga besar dalam ikatan budaya dan spiritual.

Prosesi Umum dalam Ngunduh Mantu

Prosesi ngunduh mantu bervariasi tergantung daerah dan tradisi keluarga, tetapi secara umum memiliki beberapa tahapan khas yang mencerminkan nilai budaya Jawa. Berikut adalah beberapa langkah umum yang sering ditemukan dalam tradisi ini:

  • Keluarga mempelai pria mengundang keluarga mempelai wanita ke rumah mereka
  • Penyambutan mempelai wanita dengan upacara adat seperti siraman atau pemberian seserahan
  • Jamuan makan bersama sebagai simbol keakraban antar keluarga
  • Doa bersama untuk kebahagiaan pasangan baru
  • Pengenalan menantu kepada keluarga besar dan tetangga

Setiap tahapan ini dilakukan dengan penuh khidmat dan kegembiraan. Misalnya, saat penyambutan, mempelai wanita sering didampingi oleh keluarga dekat dan diarak dengan iringan musik tradisional seperti gamelan. Prosesi ini tidak hanya mempererat hubungan antar keluarga, tetapi juga menjadi momen untuk memamerkan kekayaan budaya Jawa kepada masyarakat sekitar.

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua keluarga mengikuti prosesi yang sama. Di beberapa daerah, ngunduh mantu bisa berlangsung sederhana dengan hanya mengundang keluarga terdekat untuk makan bersama. Yang terpenting, esensi dari tradisi ini adalah penerimaan dan penghormatan terhadap menantu sebagai bagian dari keluarga baru.

BACA JUGA: Tunangan Adalah: Memahami Arti dan Prosesnya dalam Perjalanan Menuju Pernikahan

Persiapan untuk Menggelar Ngunduh Mantu

Menggelar ngunduh mantu membutuhkan persiapan matang agar acara berjalan lancar dan bermakna. Persiapan ini melibatkan koordinasi antar keluarga, penentuan waktu, hingga pengaturan logistik. Berikut adalah beberapa hal yang biasanya dipersiapkan:

  • Menentukan tanggal yang baik sesuai kalender Jawa
  • Mengundang keluarga besar dan tetangga
  • Menyiapkan hidangan khas Jawa seperti tumpeng atau ayam ingkung
  • Menyediakan busana adat untuk pasangan dan keluarga
  • Mengatur prosesi adat seperti doa atau sembahyang

Persiapan ini biasanya dilakukan dengan gotong royong, melibatkan keluarga besar dan tetangga. Hal ini mencerminkan semangat kebersamaan yang menjadi inti dari budaya Jawa. Selain itu, pemilihan hidangan dan busana adat juga memiliki makna simbolis, seperti tumpeng yang melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.

Selain aspek logistik, persiapan mental juga tidak kalah penting. Keluarga mempelai pria perlu memahami tanggung jawab mereka dalam menerima menantu, sementara mempelai wanita juga perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga baru. Komunikasi yang baik antar kedua belah pihak akan memastikan ngunduh mantu berjalan harmonis dan penuh kehangatan.

Perbedaan Ngunduh Mantu dengan Tradisi Pernikahan Lain

Banyak yang keliru menganggap ngunduh mantu sama dengan resepsi pernikahan atau tradisi lain seperti midodareni atau panggih. Padahal, ngunduh mantu memiliki peran dan makna yang berbeda. Berikut adalah beberapa perbedaan utama:

Ngunduh Mantu vs Resepsi Pernikahan

Resepsi pernikahan biasanya digelar untuk merayakan pernikahan secara umum dan mengundang tamu dari kedua belah pihak. Acara ini sering bersifat umum dan tidak terlalu terikat pada adat tertentu. Sebaliknya, ngunduh mantu lebih spesifik, fokus pada penyambutan menantu oleh keluarga mempelai pria.

Selain itu, ngunduh mantu biasanya digelar setelah resepsi atau akad nikah, menandakan bahwa menantu telah resmi menjadi bagian dari keluarga baru. Acara ini juga lebih intim, sering hanya melibatkan keluarga besar dan tetangga dekat, dengan prosesi adat yang lebih kental.

Ngunduh Mantu vs Midodareni

Midodareni adalah tradisi Jawa yang dilakukan sehari sebelum akad nikah, di mana keluarga mempelai pria berkunjung ke rumah mempelai wanita. Tujuannya adalah untuk memohon restu dan mempersiapkan pernikahan. Sebaliknya, ngunduh mantu dilakukan setelah pernikahan, dengan fokus pada penerimaan menantu oleh keluarga mempelai pria.

Secara simbolis, midodareni lebih berkaitan dengan persiapan spiritual sebelum pernikahan, sementara ngunduh mantu menandakan integrasi menantu ke dalam keluarga baru. Kedua tradisi ini saling melengkapi, mencerminkan proses pernikahan Jawa yang penuh tahapan dan makna.

Cara Menjaga Keaslian Ngunduh Mantu di Era Modern

Untuk menjaga keaslian ngunduh mantu, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan tanpa mengorbankan nilai tradisionalnya. Berikut adalah beberapa cara yang bisa diterapkan:

  • Mengedukasi generasi muda tentang makna tradisi ini
  • Menggelar acara secara sederhana namun tetap bermakna
  • Menggunakan teknologi untuk mendokumentasikan prosesi
  • Melibatkan tokoh adat atau sesepuh dalam perencanaan
  • Menggabungkan elemen modern yang sesuai dengan nilai budaya

Langkah-langkah ini tidak hanya membantu melestarikan ngunduh mantu, tetapi juga membuat tradisi ini lebih mudah diterima oleh generasi muda.

Misalnya, mendokumentasikan prosesi melalui video atau foto dapat menjadi cara untuk mengenalkan tradisi ini kepada khalayak yang lebih luas, sekaligus menjadi kenang-kenangan berharga bagi keluarga.

Selain itu, melibatkan sesepuh atau tokoh adat dalam perencanaan akan memastikan bahwa prosesi tetap sesuai dengan nilai-nilai tradisional. Dengan pendekatan yang seimbang antara tradisi dan modernitas, ngunduh mantu dapat terus menjadi bagian penting dari pernikahan Jawa tanpa kehilangan makna aslinya.


Ngunduh mantu adalah tradisi Jawa yang tidak hanya indah, tetapi juga sarat dengan makna filosofis dan nilai kebersamaan. Melalui prosesi ini, keluarga mempelai pria menunjukkan penerimaan mereka terhadap menantu, sekaligus mempererat ikatan antar keluarga.

Meski menghadapi tantangan di era modern, tradisi ini tetap relevan dengan pendekatan yang kreatif dan adaptif. Dengan memahami dan melestarikan ngunduh mantu, kita turut menjaga warisan budaya Jawa yang kaya dan penuh kehangatan untuk generasi mendatang.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *