
Pernikahan adat Jawa selalu menjadi pilihan menarik bagi banyak calon pengantin di Indonesia. Namun, tidak sedikit yang masih bingung tentang perbedaan pernikahan adat Jawa Solo dan Jogja, mengingat keduanya sekilas terlihat serupa. Kebingungan ini wajar terjadi, sebab baik adat Solo maupun Jogja memang sama-sama berakar dari budaya Jawa yang kuat, namun tetap memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan satu sama lain.
Untuk menjawab kebingungan tersebut, artikel ini akan membahas secara lengkap deretan perbedaan pernikahan adat Jawa Solo dan Jogjakarta. Dengan memahami perbedaan ini, Anda bisa menentukan konsep pernikahan yang paling sesuai dengan keinginan dan nilai budaya yang ingin ditonjolkan. Mari simak ulasan lengkapnya sampai selesai!
Filosofi Pernikahan Adat Jawa Solo dan Jogja
Meskipun berasal dari budaya Jawa, filosofi dalam pernikahan adat Solo dan Jogja memiliki pendekatan yang sedikit berbeda. Solo lebih menonjolkan konsep keanggunan dan kehalusan, sedangkan Jogja mengedepankan nilai sakral dan kebesaran kerajaan.
Dalam pernikahan adat Solo, nuansa lemah lembut dan penuh tata krama sangat ditekankan. Setiap gerakan dan rangkaian prosesi dilaksanakan dengan hati-hati untuk menunjukkan penghormatan.
Sebaliknya, pernikahan adat Jogja lebih menonjolkan kesan megah dan sakral, memperlihatkan kebesaran keraton yang kental dalam setiap rangkaian acaranya.
Busana Pengantin
Busana pengantin menjadi salah satu aspek paling mencolok dalam perbedaan pernikahan adat Jawa Solo dan Jogja. Setiap daerah memiliki ciri khas yang membuat penampilan pengantin menjadi ikonik.
- Busana Solo: Pengantin Solo biasanya mengenakan kebaya berwarna cokelat muda atau krem dengan kain batik motif Sidomukti atau Sidoluhur. Aksesorisnya cenderung lebih sederhana, namun penuh makna filosofis.
- Busana Jogja: Sementara itu, pengantin Jogja menggunakan kebaya yang lebih berwarna mencolok, seperti hitam atau gelap, dipadukan dengan batik motif klasik seperti Parang Kusumo. Aksesorisnya pun lebih megah dan lengkap, menyesuaikan dengan gaya kerajaan.
Kedua jenis busana ini memang sama-sama indah, namun perbedaan warnanya cukup mencolok dan bisa menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan konsep pernikahan Anda.
BACA JUGA: Bolehkah Orang Jawa Menikah dengan Orang Sunda?
Tata Rias Pengantin
Selain busana, tata rias pengantin Solo dan Jogja juga memiliki perbedaan mencolok yang memperkuat karakter masing-masing.
- Riasan Solo: Riasan pengantin Solo lebih natural dengan nuansa halus. Sorot mata dan garis bibir dirias lembut untuk menciptakan kesan anggun dan bersahaja.
- Riasan Jogja: Di sisi lain, riasan pengantin Jogja cenderung lebih tegas dan dramatis. Ciri khasnya adalah penggunaan paes hitam pekat yang membentuk pola tertentu di dahi, menunjukkan status kebangsawanan.
Tata rias ini bukan hanya soal estetika, tetapi juga menjadi simbol dari nilai-nilai budaya yang dijunjung dalam pernikahan.
Prosesi dan Urutan Acara
Urutan prosesi pernikahan adat Jawa Solo dan Jogja juga menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Meski sama-sama menggunakan banyak ritual sakral, beberapa detailnya berbeda.
- Prosesi Solo: Prosesi di Solo lebih sederhana dan singkat. Beberapa tahap seperti siraman, midodareni, panggih, hingga temu manten dilakukan dengan penuh kelembutan tanpa banyak tambahan upacara lainnya.
- Prosesi Jogja: Sedangkan di Jogja, prosesi lebih panjang dan penuh simbolisme. Ada beberapa tahapan tambahan seperti Pisowanan dan Tantingan yang wajib dilakukan, menegaskan struktur keraton yang kental dalam budaya Jogja.
Pilihan antara keduanya tentu bergantung pada preferensi pasangan dalam menentukan tingkat formalitas dan panjangnya rangkaian acara.
Aksesoris Pernikahan Adat Solo vs Yogjakarta
Tidak hanya soal visual, aksesoris yang digunakan dalam pernikahan adat Solo dan Jogja memiliki makna filosofis yang dalam.
Pengantin Solo biasanya menggunakan aksesori sederhana seperti cunduk mentul (hiasan kepala) dan kalung sungsun yang memiliki makna kesetiaan dan kesucian.
Setiap elemen aksesoris membawa doa dan harapan untuk kehidupan rumah tangga yang harmonis.
Berbeda dengan Solo, pengantin Jogja mengenakan paes ageng lengkap dengan siger dan aksesori emas lainnya. Ini melambangkan derajat, kebesaran, serta doa untuk keberlimpahan rezeki dan keturunan yang mulia.
Kedua daerah mengajarkan nilai luhur melalui aksesoris, hanya saja penyampaian dan simboliknya yang berbeda.
Dekorasi dan Suasana Acara
Suasana dalam pernikahan adat Solo dan Jogja juga memiliki perbedaan yang cukup terasa, mulai dari dekorasi hingga musik yang digunakan.
- Dekorasi Solo: Dekorasi Solo biasanya didominasi dengan warna-warna pastel yang lembut. Bunga melati, anyaman janur, dan ornamen sederhana menjadi ciri khas yang mengesankan keanggunan.
- Dekorasi Jogja: Sebaliknya, dekorasi Jogja lebih banyak menggunakan warna emas, merah marun, dan hitam yang melambangkan keagungan. Ornamen keraton seperti ukiran khas Jogja juga sering mendominasi.
Pilihan dekorasi ini bisa menjadi pertimbangan penting untuk menentukan suasana acara yang diinginkan.
Musik Tradisional
Musik dalam pernikahan adat Jawa tak kalah penting karena menambah nuansa sakral dalam acara.
- Musik Solo: Musik pengiring di Solo biasanya gamelan yang lembut dan mengalun pelan, menciptakan suasana syahdu dan penuh khidmat.
- Musik Jogja: Sementara itu, gamelan Jogja lebih megah dengan alunan keras yang memberikan kesan agung dan berwibawa.
Musik tradisional ini menjadi latar yang mempertegas karakter pernikahan dari masing-masing daerah.
Biaya Pernikahan
Banyak calon pengantin juga mempertimbangkan biaya saat memilih konsep adat. Secara umum, biaya pernikahan adat Jogja bisa lebih tinggi dibandingkan Solo karena jumlah prosesi yang lebih banyak dan perlengkapan yang lebih megah.
Namun, baik adat Solo maupun Jogja tetap bisa disesuaikan dengan budget tanpa mengurangi makna sakral dari pernikahan itu sendiri.
Kesimpulan
Memahami perbedaan pernikahan adat Jawa Solo dan Jogja sangat penting untuk menentukan konsep pernikahan impian Anda. Solo menawarkan kesan anggun dan sederhana, sementara Jogja menghadirkan kemegahan dan sakralitas yang kuat.
Apapun pilihan Anda, kedua adat ini sama-sama mengajarkan nilai luhur tentang cinta, kesetiaan, dan kebersamaan dalam pernikahan.